Catatan Ketua Umum

Catatan Ketua Umum

Refleksi dan Reposisi 65 tahun IAI


16 dan 17 September 1959, berkumpul 21 orang Arsitek, 3 Arsitek senior saat itu Liem Bwan Tjie, Friederich Silaban dan Mohammad Soesilo, serta 18 arsitek muda lulusan pertama ITB tahun 1958, pertemuan hari pertama 16 September 1959 bertempat di kediaman keluarga Liem Bwan Tjie di Jl. Waktu Kancana Bandung, dan hari kedua pada tanggal 17 kongres dipindahkan ke sebuah Restoran di utara Kota Bandung, yaitu Restoran Dago Tee Huis.

Pada pertemuan 17 September 1959 di Dago Tee Huis inilah Ikatan Arsitek Indonesia [IAI] dibentuk dengan menetapkan Soehartono Soesilo sebagai Board of Governor [saat ini Pengurus Nasional] dan Friederich Silaban sebagai Board of Architect [setara dengan Dewan Arsitek saat ini].

Enam puluh lima tahun telah berlalu, 17 September 2024 Ikatan Arsitek Indonesia telah melalui 27 periode Ketua Umum dan Kepengurusan Nasional, berikut adalah timelinenya

Periode 1 - 7 1959 - 1974 Ketua Umum Soehartono Soesilo, IAI
Periode 8 - 10 1974 - 1980 Ketua Umum Darmawan Prawirorahardjo, IAI
Periode 11 1980 - 1982 Ketua Umum Hindro Tjahyono Soemardjan, IAI
Periode. 12 1982 - 1985 Ketua Umum Hario Sabrang, IAI
Periode 13 -14 1985 - 1989 Ketua Umum Adhie Moersid, IAI
Periode. 15 -16 1989 - 1993 Ketua Umum Syahrul Syarif, IAI
Periode 17 - 18 1993 - 1999 Ketua Umum Ar. Suntana S Jatnika, IAI
Periode 19 1999 - 2002 Ketua Umum Prof. Sandi A Siregar., IAI
Periode 20 - 21 2002 - 2008 Ketua Umum Ar. Budi Adelar Sukada, IAI
Periode. 22 2008 - 2011 Ketua Umum Ar. Endy Subijanto., IAI., AA
Periode. 23 2012 - 2015 Ketua Umum Ar. Munichi R Erdress., IAI, AA
Periode 24 -25 2015 -2020 Ketua Umum Ahmad Djuhara., IAI
Periode 26 2020-2021 Ketua Umum Ar. Ketut Rana Wiarcha., IAI., AA
Periode 27 2021- skrg Ketua Umum Ar. Georgius Budi Yulianto., IAI., AA

Setiap periode memilki kesulitan dan cerita tersendiri yang menghantarkan kita pada titik ini, yang tentunya akan selalu memperkaya pengalaman dalam tata kelola dan pengembangan keprofesian Arsitek saat ini.

Dunia telah memasuki era yang sangat kompleks dan dinamis, jauh dari hari ini, tahun 1997 Clayton Christensen dalam buku Innovators Dilemma memperkenalkan istilah “era disrupsi”, suatu masa dimana terjadi inovasi teknologi secara masif yang berdampak pada perubahan tatanan, sistem dan cara hidup masyarakat secara fundamental.
Tahun 2017 dipercayai sebagai gerbang Revolusi digital dan kecerdasan artifisial , dimana perkembangan teknologi ini terus mengalami percepatan secara eksponensial. Ketidakpastian politik dan ekonomi dunia mempengaruhi cara pandang dunia kerja, terlebih dunia pasca pandemi yang sudah tidak sama lagi dengan sebelumnya, pekerjaan paruh waktu dan informal menjadi pilihan sebagian besar pelaku bisnis, 3 hal yang harus kita pikirkan bersama, dimanakah posisi IAI pada saat ini ? Dan apa peta jalan yang akan dipersiapkan IAI menghadapi masa depan? Dan apa saja langkah-langkah yang akan kita sepakati bersama sebagai upaya untuk menjalani peta jalan ini?

Ada 5 aspek dari perkembangan era digital dan kecerdasan artifisial yang sedang berlangsung saat ini, berhubungan langsung dengan proses desain dan praktik keprofesian dan perlu perhatian dan antisipasi segera.
 
pertama adalah otomatisasi proses desain, rancangan arsitektur sebagai produk praktik profesi adalah produk hukum, karena profesi arsitek adalah profesi teregulasi. Diperlukan regulasi yang mengatur proses perancangan yang dapat dibenarkan menggunakan AI hingga tahapan tertentu.

Kedua kreativitas dan inovasi, AI-Architect dapat menggenerate puluhan hingga ratusan ilustrasi desain arsitektural dengan lingkup tertentu dalam satu jam. Di satu sisi, akselerasi ini akan sangat membantu arsitek dalam pencarian ide, namun disisi lain posisi tawar jasa rancangan terhadap pengguna jasa ditengarai akan makin turun, karena pengguna jasa bisa saja beranggapan bahwa itu pekerjaan komputasi, bukan totalitas si Arsitek. Sangat penting bagi IAI untuk memastikan bahwa setiap anggota, Arsitek praktik akan selalu siap berhadapan dengan semua ketidakpastian ini, termasuk bekerja sendiri dengan bekal kecakapan , kreativitas dan inovasi yang terus akan dikembangkan
 
ketiga analisis data dan prediksi, tingkat akurasi analisis data yang diperlukan oleh AI sangat tergantung dari input parameter, potensi dan konstrain dari proyek yang akan dikerjakan sebagai dasar analisis data. Kompleksitas regulasi [building law, building codes] merupakan kerumitan tersendiri dalam menyelaraskan desain dengan konstrain regulasi. Disini peran asosiasi penting untuk dapat memetakan regulasi ini sebagai parameter yang di digitalisasi untuk menghasilkan model sebagai respon konteks gubahan massa bangunan terhadap konteks tapak dan regulasi, yang tentu akan memudahkan analisa desain.
 
keempat keberlanjutan dan efisiensi energi, arsitektur berkelanjutan telah dikenal sejak tahun 1970 an, namun kemudian menjadi viral sejak LEED [Leadership in Energy and Environmental Design] memperkenalkan standarnya pada tahun 1994. Keberlanjutan dan efisiensi energi ini sebenarnya dapat dikuantifikasi dan diterapkan kepada desain dengan menggunakan software- software tertentu semisal energy plus, open studio, IES Virtual Environment dll. Arsitektur berkelanjutan merupakan materi yang harus menjadi salah satu kurikulum utama dalam pengembangan keprofesian, dengan menyusun modul-modul berkesinambungan dalam capacity building Arsitek Praktik.
 
kelima tantangan etis dan ketimpangan, dari sisi etika, karya AI ini bisa saja diklaim sebagai totalitas rancangan arsitektur yang dirancang sendiri oleh sang arsitek dengan menggunakan mesin render, kebenarannya tentu kembali pada nurani si arsitek. Disisi lain bisa saja terjadi ketimpangan dan kesenjangan, antara arsitek yang memiliki akses terhadap teknologi dan yang tidak memilikinya. Kode Etik dan Kaidah Tata laku Arsitek harus dapat menjawab tantangan ini, selain itu akses terhadap teknologi juga merupakan pekerjaan rumah yang harus dipersiapkan diperkenalkan kepada para Arsitek diseluruh Indonesia, agar tidak terjadi ketimpangan dalam berkompetisi.

Memasuki milenium ke 3, IAI harus kembali merenungkan dan merefleksikan , serta mempersiapkan dirinya untuk terus responsif terhadap segala perubahan yang akan terjadi dimasa depan.





Ar. G. Budi Yulianto, IAI., AA
Ketua Umum 2021-2024